Kamis, 26 April 2018

Happiness (Kebahagiaan)



Happiness (Kebahagiaan)
Persentase kebahagiaan seseorang itu tidak bisa diukur. Tidak ada alat yang dapat mengukur seberapa bahagianya seseorang tersebut. Namun, saya sendiri mencoba menilai kebahagiaan dengan sebuah analogi.
1.       1 % kebahagiaan
Dapatkah anda berpikir 1 % kebahagiaan itu terdeskripsi seperti apa? Saya pikir 1 % kebahagiaan bisa saya syukuri dari seberapa beruntungnya saya bisa hidup (bernapas). Saya bisa dilahirkan dari Rahim seorang ibu dan dibesarkan olehnya beserta ayah. Tidakkah itu menjadi suatu kebahagiaan yang mutlak? Tentu itu menjadi persentase yang sangat berarti.
2.       5 % kebahagiaan
Kebahagiaan yang tak kalah harus saya syukuri itu adalah saya bersyukur saya dibesarkan oleh kedua orangtua saya. Betapa mereka begitu menyayangi saya, katakanlah seperti itu. Tidak sedikit diluaran sana yang kedua orangtuanya harus merelakan anaknya dibesarkan oleh orang lain, entah itu nenek/kakek, sanak saudara, bahkan orang lainpun (pengasuh).
3.       10 % kebahagiaan
10 % kebahagiaan tidak bisa dikatakan sedikit. 10 % disini saya artikan untuk mensyukuri kelengkapan jasmani dan rohani saya. Saya bisa beraktivitas dan berpikir. Saya bisa tumbuh dan berkembang layaknya hakikat seorang manusia yang hidup.
4.       40 % kebahagiaan
Menginjak dewasa kebahagian bisa meningkat menjadi 40 %. Diusia dewasa saya banyak mendapat pengalaman yang berarti baik itu tentang kehidupan maupun tentang keilmuan. Saya harus bersyukur karena saya ditakdirkan bisa mengenyam pendidikan dimulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas. Tidak sampai disitu saya juga mendapatkan banyak pengalaman di jenjang perguruan tinggi. Sedikit banyak cerita, ketika saya studi di perguruan tinggi saya menjalani studi pengamalan dan pelatihanan di masyarakat. Disana saya belajar bergaul dengan masyarakat dimulai dari anak kecil sampai orang dewasa sekalipun. Daerah di tempat saya pengamalan dan pelatihan bisa dikategorikan daerah terpencil namun tidak tertinggal. Kenapa dikategorikan sebagai daerah terpencil? Karena daerah tersebut berada terletak diperbukitan ujung, jauh dari system pusat pemerintahan dan perekonomian. Namun, daerah itu tidak dikategorikan sebagai daerah tertinggal. Hal tersebut terbukti dari keramahan dan kepintaran masyarakatnya. Keramahannya tidak bisa tertandingi dari orang-orang berpenpendidikan, mereka justru lebih dari disebut berpendidikan. Kepintarannya, anak-anak disana tergolong sebagai anak cerdas yang mau mengasah bakat dan potensi yang ada pada dirinya. Tidak hanya anak-anak, orang-orang dewasa lanjut usia malah mempunyai pemikiran kritis dan aktif dengan kedatangan para mahasiswi dan mahasiswa. Mereka memberi jalan dan harapan untuk saling memajukan program daerah dengan program para mahasiswi dan mahasiswa. Tentulah pengalaman pendidikan harus saya ingat dan syukuri, karena tidak semua orang mengalami fase itu sejauh ini.
5.       75 % kebahagiaan
Kebahagiaan pada pesentase ini merupakan kebahagiaan impian. Adakah diantara kalian yang sudah membahagiakan kedua orangtua kalian? Pada kebahagiaan inilah anak membalas semua pekerjaan orangtua dimulai menafkahi, memfasilitasi, hingga mengayomi. Tidak akan lupa akan jerih payah, banting tulang seorang ibu dan ayah mengurusi anak-anaknya. Maka pada persentase inilah kebahagiaan bisa didapat ketika sudah mampu beraksi seperti orangtua dulu membesarkan kita.
6.       99 % kebahagiaan
Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang sulit untuk digapai tanpa doa dan usaha. Kebahagiaan ini adalah dimana kita sudah berlimpah materi dan mampu membaginya dengan yang lain (orang lain). Namun, pada titik pesentase ini tidak semua orang dikehendaki untuk mendapatkannya.
7.       100 % kebahagiaan
Kebahagian yang tidak ada didunia. Semua manusia tidak ada yang sempurna. Maka kesempurnaan kebahagiaan ini hanya didapat di akhirat.
Note : saya rasa kebahagiaan no 1, 2 dan 3 yang patut kita banyak syukuri. Meskipun pesentasenya terlihat sedikit namun jika ditelaah, itu menjadi akar dari kebahagiaan yang lain. So, kita sebagai manusia boleh menginginkan kebahagiaan setinggi langit, namun jangan lupa untuk menggapai kebahagiaan yang amat dekat dengan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar