Senin, 27 Maret 2017

Lagu Hatiku



Lagu Hatiku
Karya : Antyenkey

Aku menengokmu bak tertutup selembar rambut
Berdiri menghadap utara
Matamu berbelok indah
Menembus angin siang dan malam

Tak terlihat seperti debu
Tak terdengar seperti asap
Akulah diri ini
Hanya seperti ini

Jangan dengarkan lagu cinta dalam dirimu
Kubur dalam-dalam menembus kalbu
Karena aku masih seperti dulu 
Enggan mengungkap rasa hatiku

Just the Way I am (Chapter 6)








Poster by Gambar animasi kartun
Chapter 6
Author : Antyenkey
Main Cast        : Lugi, and Yurie
Supported Cast           : Regwi, and Fagri
Genre  : Romance, Sad, Hurt, School life, and Action
Note    : Cerita ini hanya imajinasi penulis semata, tidak ada unsur tersembunyi. Penulis hanya ingin menuangkan ide untuk dijadikan sebagai media hiburan saja.
Yuta terus mengohok-ohok Lugi. Ucapan kasar terus keluar dari mulutnya.
Fagri mengepalkan tangannya. Ia sudah tidak tahan lagi dengan cemoohan Yuta yang tak pantas dikeluarkan di lingkungan sekolah seperti ini.
Ketika Fagri hendak membalas perlakuan Yuta kepada Lugi. Lugi malah menahan Fagri.
“ini urasan gua, Gi”, menarik Fagri ke belakangnya.
“Duggg”…. Lugi menangkas lutut Yuta. Tak ada yang menyangka Lugi akan menyerang lutut Yuta, bukan membalas dengan tinjuan.
“sialan lo”, tunjuk kawan Yuta, tak terima perlakuan Lugi terhadap bosnya
Yuta memandang Lugi dengan tatapan tak terima. Ia tidak bisa bangun. Terlalu menyakitkan tulang lututnya. Kawan-kawanya membopongnya untuk meninggalkan kantin.
“gua bakal balas perlakuan lo”, tunjuk Yuta memperingatkan.
Fagri menepuk pundak Lugi. Ia kagum pada sahabatnya itu. Membalas dengan sangat menyakitkan harga diri. Dibilang begitu karena tadi Yuta lengah, dan tidak mengira Lugi akan menyerang bagian tubuh yang jarang dijadikan sasaran untuk melumpuhkan musuh.
“hahahha lo kok punya ide nangkas lutut si Yuta sih?”, Tanya Fagri tetap dengan kekagumannya.
Lugi tak menjawab, dia hanya melempar senyum pada sahabatnya itu. Saat Lugi memandang arah kanan, ia melihat seseorang yang menurutnya tidak asing. Ia melihat Yurie. Si cowok ganteng ini heran, kenapa ia bisa berpikir orang yang dilihatnya sekelebat itu adalah Yurie. Itu hal yang tidak mungkin.
Tidak mungkinkan Yurie satu sekolah dengan dirinya. Ah mustahil. Jelas-jelas selama 2 tahun ini ia tidak pernah sekalipun melihat Yurie di sekolahnya. Tapi barusan itu siapa pikirnya.
Seorang Lugi bengong. Fagri menarik Lugi “ayooooo buruan, ini udah bel masuk Lug”, ajaknya. Kemudian mereka pergi menuju kelasnya.
Lugi masih dalam alam bawah sadarnya. Memikirkan orang yang sempat ia lihat tadi. Mungkinkah? Itu dalam benaknya.
Seorang guru bahasa Inggris memasuki kelas XII 2-1.
“hello, morning class?”, sapa guru cantik dengan perawakan sangat tegap.
“morning”
“today is a special day for y’all. I would like to introduce a new student for this class”, jelas guru itu dengan senyuman.
“come in”, suruhnya pada murid baru tersebut.
Murid baru yang dimaksud oleh guru bahasa Inggris itu berada di dekat pintu.
Semua murid harap-harap cemas. Tidak ayal bagi para siswa yang menginginkan murid baru itu adalah perempuan.
Satu langkah lebih maju, murid baru tersebut.
Lugi mengerutkan kening. Dalam hatinya [apa bener yang gua liat tadi itu si Yurie]
2 langkah
[pasti. Emang bener tadi yang gua liat itu si Yurie], pikirnya seolah-olah dugaannya benar.
Trengggggg
Murid baru itu berjalan menghampiri guru bahasa Inggris. Rambut kecoklatan, bermata biru, dan berkulit putih.
“hello class, my name’s Carima Lopard. First, nice to see y’ll”, sapa Carima.
Semua murid yang ada di kelas ternganga melihat murid baru yang bernama Carima itu. Sebab, baru pertama kalinya kelas ini ada bule. Meski semua murid di kelas XII 2-1 pintar-pintar bahasa asing termasuk Inggris. Tetap saja memiliki teman bule asli akan lebih mengasikkan.
Lugi menyenderkan dirinya ke kursi. Tebakkannya salah. Perkiraan Yurie menjadi murid baru di sekolahnya itu salah besarrrrrrrrrrr. Ia menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal.
“she is your friend, now, and any questions?”, seru guru bahasa Inggris.
Salah seorang ada yang mengangkat tangannya hendak bertanya “where do you come from? England? or New York?”
“I’m from Sydney, my father have a new position in his company, and he should move to this country. Now, I live in Rotte city”, jelas Carima.
Semua murid manggut-manggut.
“ok, enough. You can sit there!”, menunjuk bangku paling belakang dipojok kiri.
Kegiatan belajar mengajarpun berlangsung.

Jam dinding menunjukan pukul 5 sore.
Lugi dan Fagri turun dari mobil menuju sebuah Cafeteria. Mereka duduk di sebuah bangku yang unik, khas anak muda. Nuansa modern-klasik, lukisan gitar-gitar yang berjejeran. Keduanya tengah menikmati kopi Americano dengan asap yang mengepul, pertanda kopi itu masih agak panas.
“Lug, udah 2 hari ini gua gak ketemu sama si Regwi…… bolos sekolah lagi dia?” Tanya Fagri yang sudah 2 hari tidak pernah melihat keberadaan Regwi.
“gua juga gak tau sih, kemaren sempet gua telpon dia, yang ngangkat bokapnya, dan malah bilang si Regwi lagi sibuk….. padahal gua juga tau, emang dia sibuk buat apa”, terang Lugi pada Fagri.
Keduanya kembali menikmati kopinya.
Lugi tidak sengaja menatap jendela kaca disampingnya. Ia melihat Yurie yang sepertinya tengah bertengkar dengan seorang wanita dewasa.
“Gi, itu si Yurie kan?” Tanya Lugi pada Fagri. Lantas Fagri menengok keberadaanya Yurie.
Mereka fokus melihat Yurie. Sampai akhirnya mereka melihat Yurie ditampar oleh wanita dewasa tersebut. Yurie terlihat marah dan hendak pergi meninggalkan wanita dewasa tersebut. Namun, wanita itu malah menarik Yurie masuk ke dalam mobil, ditarik-tariknya. Hingga Yurie pun terpaksa masuk menuruti perintah wanita tersebut.
“Lug, kayaknya ada yang gak beres sama Yurie”, terlihat nada khawatir dari ucapan Fagri.
“iya, tapi kayaknya itu masalah pribadi deh… siapa tau itu nyokapnya”, seru Lugi santai.
Fagri hanya ber-oh saja menyetujui ucapan Lugi.
“mah, gak perlulah ngekang-ngekang aku terus. Aku bukan bayi lagi, yang jatuh musti mamah bangunin terus. Aku juga harus usaha hidup sendiri. Aku mau sukses dengan usahaku sendiri. Mamah mustinya nge-support aku. Aku mau nyoba cari jalan sendiri. Aku mau kaya mamah, kaya papah. Hidup enak nantinya, tapi hasil kerja keras aku.” Ucapnya penuh amarah dan sorot mata memohon.
“I have to give you my best. Percaya mah. Aku janji, aku bakal bikin mamah sama papah bangga sama usaha aku”, menangis dengan tersendu-sendu.
Mamahnya tersebut hanya menghela nafas.
“mah, udah dulu yah. I’ve tired, today. Aku gak mau berseteru terus sama mamah. Pokoknya mamah serahin sama aku. Hidup aku ada ditangan aku. Mamah cuman perlu doain aku, support aku.” Jelas Yurie akhirnya. Gadis itu hendak naik menuju kamarnya.
“maafin mama, udah nampar kamu tadi”, rasa bersalah terhadap anak semata wayangnya tersebut terucap juga.
“I protect you because I love you. You are only one in my life. You’re my breath. You’re my flower. You’re my little angel. I can’t imagine if you live as what you want without my permission. Yaudah, sana tidur! Jangan lupa berdoa. Besok kamu sekolah”, suruh mamahnya.
Yurie pun tersenyum.
Di sekolah
“Lug, lo tau gak, katanya ada 2 murid baru loh di sekolah kita. Tapi kita baru ketemu sama si Carima doang”, Fagri mengangkat alis.
Pikiran liar Lugi kembali beraksi. Ia masih tetap memikirkan Yurie yang kemungkinan menjadi salah satu murid baru tersebut.
“ah lo itu, gimana kalo murid yang satunya itu cowok. Gak nyesel lo, udah dipenasaranin kaya gini”, sanggah Lugi, mengena.
“hhahaha lo Lug, tetep aja yah so cool banget”, canda mereka.
Keduanya pun masuk ke dalam kelas.
“eh eh… ada anak baru lagi loh di sekolah kita. Katanya ada di kelas XII 2-4. Cantik pula lagi. Pokoknya aduhhhhhhh gitu deh”, gossip telah masuk ke telinga Lugi dan Fagri.
“tuh kan apa kata gua juga, cewek cantik broooooo”, ucap Fagri mengasikkan didepan Lugi.
“norak lo ah….. yang gitu aja hebohhhh”, bantah Lugi.
Fagri berlari keluar.
“mulai deh, hebohnya si Fagri.. ckckckkckcck”, gerutu Lugi menggeleng-gelengkan kepala atas kelakuan Fagri.
Fagri kembali lagi ke kelas dengan wajah yang berbinar, bak seperti mutiara. Ia terus senyum-senyum sendiri saat belajar.
“Lo kenapa Gi, kaya orang gila…. Kejedot pintu hah”, Tanya Lugi sudah mulai gatal dengan tingkah si Fagri.
“nanti deh gua ceritain”, kembali senyum-senyum sendiri.






≈≈ ∞ ≈≈