Rabu, 22 Maret 2017

Just the Way I am (Chapter 4)








Poster by Gambar animasi kartun
Chapter 4
Author : Antyenkey
Main Cast        : Lugi, and Yurie
Supported Cast           : Regwi, and Fagri
Genre  : Romance, Sad, Hurt, School life, and Action
Note    : Cerita ini hanya imajinasi penulis semata, tidak ada unsur tersembunyi. Penulis hanya ingin menuangkan ide untuk dijadikan sebagai media hiburan saja.
Di sisi lain Yurie terus meronta-ronta. Ia tak khawatir akan dirinya yang bisa saja terjatuh dari motor yang sedang melaju itu. Suatu tangan melambai memberi tanda kepada kawan motor yang satunya untuk memasuki sebuah gedung tua.
Yurie diseret masuk ke dalam gedung tua tersebut. Kini ia mengedarkan pandangan kesetiap sudut gedung. Ia berpikir sekarang bahwa ia sedang diculik. Ah gadis itu punya pirasat kesalah pahaman dalam kejadian ini. Orang-orang yang sedang bersamanya kini mungkin mengira bahwa Yurie mempunyai hubungan dengan ketiga lelaki yang tadi ia perhatikan yang belum ia ketahui siapa orang-orang itu.
“lo cewek yang nolongin si Lugi sama si Fagri waktu itu kan?” Tanya seseorang yang memakai kupluk hitam dengan sentuhan rambut yang sedikit digerai.
Yurie mencoba mengingat ucapan yang dimaksud orang didepannya tersebut.
Lelaki berkupluk itupun mencoba mendekati Yurie, mensejajarkan dirinya untuk menatap menakut-nakuti Yurie.
“ah”, Yurie merespon. “lo ngira gua kenal sama anak-anak itu?”, Tanya Yurie.
“hahhaha, lo nanya gua? Yang jelas pasti lo pacar salah satu dari mereka”, tebak Yuta pada akhirnya.
“sorry yah, gua gak ada hubungan apapun sama mereka. Soal dulu. Yah gua cuman kasihan aja sama mereka yang… yah lo tahu.. lo udah bikin salah satu dari mereka pingsan. Dan yang lebih parahnya, kalian pake baju seragam sama”, jelas Yurie.
“hahahahhaa……… lo pikir gua percaya omongan lo itu?”, Yuta tertawa seolah bahwa dirinya telah menangkap mangsa yang tepat untuk menekan Lugi dan Fagri.
Tiba-tiba terdengar deru langkah kaki.
“lo salah sasaran…. Dia gak ada hubungannya sama kita”, bela Lugi dari belakang Yuta.
Yuta menghadap ke arah orang yang tiba bersuara.
“aw…. Ckckckk… ini yang gua mau. Tanpa gua ajak lo buat datang ke sini. Lo udah duluan dateng. Bagusssssss”, serunya bak menang telak akan kehadiran Lugi.
“kamu gak papa kan Yurie?”, tanya Fagri khawatir dari kejauhan.
“ah”, ingat Yuta. “hey”, memegang tangan Yurie. “liat! Kalo lo gak ada hubungannya sama mereka. Gak mungkin mereka dateng tiba-tiba buat bawa lo”, sambil mengangkat bahu.
Yurie tak sudi tanganya dipegang oleh Yuta, lantas ia pun menepis tangan Yuta. “gua…….”, tiba-tiba omongannya terpotong oleh suara sirine mobil polisi.
Semua orang yang ada digedung pun mencoba untuk melarikan diri termasuk Yurie, Lugi, dan Fagri. Yurie ditarik oleh Fagri untuk meloloskan diri dari polisi. Yuta dan anak buahnya sudah kabur terlebih dahulu.
Saat Yurie, Lugi, dan Fagri hendak kabur melalui jalur kiri, mereka dikagetkan oleh seseorang yang memakai topi hitam yang berada dihadapan mereka.
Yurie kaget, “hah… lo kok disini?”, tanyanya pada orang tersebut.
iya, gua disini kak…. tadi gua denger dari Fagri kalo lo diculik gitu, dan yah gua tadi sempet berpikir kalo Yurie yang di maksud Fagri itu lo, jadi yah gua nyelametin lo dengan cara gini”, jelas Regwi panjang lebar. Ternyata orang yang membunyikan sirine mobil polisi itu Regwi. Ia tahu betul kalo dengan cara itu lebih baik ketimbang adu jontos langsung yang pasti gak bakal ada ujungnya.
Ada beberapa pasang mata yang tampak kebingungan. Lantas terlebih dulu Regwi mengajak mereka semua untuk pergi meninggalkan gedung tua ini. Mereka bergegas ke mobil Regwi yang terparkir di jalan Utara.
Mobil Regwi pun kini pergi meninggalkan tempat yang kumuh dan menyeramkan itu.
Tak butuh berapa lama, mobil Regwi telah sampai di sebuah rumah klasik yang hening namun terlihat menyejukkan.
“makasih yah kalian udah nganterin gue, emmm sama makasih juga buat tadi…… lain kali kalian gak usahlah kumpul-kumpul di tempat sepi kaya tadi, jadi gue nyangkanya ada apa-apa”, serunya dari luar mobil.
“iya kak,,,, hati-hati juga kalo dijalan, lebih baik kakak cepet-cepet cari pacar atau nyari temen gitu biar kalo kemana-mana ada yang nemenin”, canda Regwi. Yurie hanya tersenyum seolah bahwa candaan Regwi itu lebih kepada mengejek.
Mereka pun berpisah.
Diperjalanan Fagri membuka suara, banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan pada Regwi mengenai Yurie. Mulai siapa Yurie, kenapa Regwi bisa kenal Yurie, kenapa ada panggilan kakak diantara mereka, dan kenapa selalu ada Yurie saat mereka ada urusan dengan Regwi. “lo kok, bisa kenal sama Yurie?”. Regwi menghela nafas lalu mejawab, “iyalah, dia kan pelatih gua di Yudo”. Lugi dan Fagri saling menatap.
Dalam pikiran masing-masing, mereka membantah perkataan Regwi barusan.
[Fagri : “wahhh gak mungkin deh kalo dia pelatih Yudo, tapi manis juga dia bisa bela diri Yudo”, gerutanya sambil mulai mengukir senyum.]
[Lugi : “apanya pelatih Yudo, gak cocok banget. Tadi aja waktu diculik gak ada perlawanan apapun. Ckckkckck, paling sabuknya aja gak berubah-berubah”, sanggahnya dalam hati.]

Hari-hari berikutnya………
Yurie tengah berjalan di koridor sekolah. Sekilas ia melihat sebelah kirinya, tak ada orang disampingnya. Ia teringat perkataan Regwi beberapa hari yang lalu, ia tidak memiliki satu orang pun agar tetap berada disampingnya. Gadis itu melangkah maju memegang pembatas lantai. Ia berada dilantai dua, terlihat hanya seorang diri. Banyak orang berlalu lalang saling bercengkrama dengan temannya, pacarnya, hingga gurunya.
Rambut poninya jatuh menghalangi sebelah matanya. Tertunduk. Merenung. Tidak cocok berada dilingkungan seperti hanya dirinya dianggap tidak ada. Semua orang hanya akan mau bergaul satu sama lain jika prestasinya bisa dibilang cukup atau lebih tepatnya diatas rata-rata dengan dibandingkan siswa luar sekolah Kuyota high school.
Didalam kelas, Yurie terus bergelut dengan pikirannya. Gadis itu sempat memiliki pikiran untuk pindah sekolah. Ia ingin pindah ke sekolah umum, dalam artian bukan sekolah yang mengekang dirinya untuk focus pada perkembangan teknologi. Iyah, sekolah-nya ini merupakan sekolah yang diusung untuk mencetak lulusan yang memiliki skill dalam bidang teknologi.
Gadis berbola mata indah itu tidak bisa seperti ini, ia tidak mau sekolahnya ini nantinya sia-sia karena dia hanya belajar IT saja, tanpa mempelajari yang lain. Padahal ia sangat amat menyukai kegiatan menulis, ia suka bahasa. Tapi tak ia dapatkan selama 2 tahun terakhir ini.

Dunia begitu bermurah hati kepada Fagri. Ia dipertemukan kembali dengan Yurie yang terlihat sedang membuka payung karena hujan.
Dari sebrang Fagri berlari menghampiri Yurie.
“hey!”, sapanya simple.
“eh lo”, jawab Yurie mengembangkan senyuman.
Keduanya saling bertatapan, memandang melempar senyum manis.
Fagri tidak bisa terlepas dari bola mata Yurie yang indah berwarna coklat. Yurie pun tidak bisa memungkiri bahwa dirinya mulai menyukai senyum Fagri dengan lesung pipi yang menawam. Mengurung setiap gadis untuk tetap menatap lekat-lekat.





≈≈ ∞ ≈≈

Tidak ada komentar:

Posting Komentar