Poster by Gambar animasi kartun
Chapter 4
Author : Antyenkey
Main Cast :
Lugi, and Yurie
Supported Cast :
Regwi, and Fagri
Genre : Romance,
Sad,
Hurt, School life, and Action
Note : Cerita ini
hanya imajinasi penulis semata, tidak ada unsur tersembunyi. Penulis hanya
ingin menuangkan ide untuk dijadikan sebagai media hiburan saja.
Di sisi lain Yurie terus meronta-ronta. Ia tak khawatir akan dirinya yang
bisa saja terjatuh dari motor yang sedang melaju itu. Suatu tangan melambai
memberi tanda kepada kawan motor yang satunya untuk memasuki sebuah gedung tua.
Yurie diseret masuk ke dalam gedung tua tersebut. Kini ia mengedarkan
pandangan kesetiap sudut gedung. Ia berpikir sekarang bahwa ia sedang diculik.
Ah gadis itu punya pirasat kesalah pahaman dalam kejadian ini. Orang-orang yang
sedang bersamanya kini mungkin mengira bahwa Yurie mempunyai hubungan dengan
ketiga lelaki yang tadi ia perhatikan yang belum ia ketahui siapa orang-orang
itu.
“lo cewek yang nolongin si Lugi sama si Fagri waktu itu kan?” Tanya
seseorang yang memakai kupluk hitam dengan sentuhan rambut yang sedikit
digerai.
Yurie mencoba mengingat ucapan yang dimaksud orang didepannya tersebut.
Lelaki berkupluk itupun mencoba mendekati Yurie, mensejajarkan dirinya
untuk menatap menakut-nakuti Yurie.
“ah”, Yurie merespon. “lo ngira gua kenal sama anak-anak itu?”, Tanya
Yurie.
“hahhaha, lo nanya gua? Yang jelas pasti lo pacar salah satu dari mereka”,
tebak Yuta pada akhirnya.
“sorry yah, gua gak ada hubungan apapun sama mereka. Soal dulu. Yah gua
cuman kasihan aja sama mereka yang… yah lo tahu.. lo udah bikin salah satu dari
mereka pingsan. Dan yang lebih parahnya, kalian pake baju seragam sama”, jelas
Yurie.
“hahahahhaa……… lo pikir gua percaya omongan lo itu?”, Yuta tertawa seolah
bahwa dirinya telah menangkap mangsa yang tepat untuk menekan Lugi dan Fagri.
Tiba-tiba terdengar deru langkah kaki.
“lo salah sasaran…. Dia gak ada hubungannya sama kita”, bela Lugi dari
belakang Yuta.
Yuta menghadap ke
arah orang yang tiba bersuara.
“aw…. Ckckckk…
ini yang gua mau. Tanpa gua ajak lo buat datang ke
sini. Lo udah duluan dateng. Bagusssssss”, serunya bak menang telak akan
kehadiran Lugi.
“kamu gak papa kan Yurie?”, tanya Fagri
khawatir dari kejauhan.
“ah”, ingat Yuta. “hey”, memegang tangan
Yurie. “liat! Kalo lo gak ada hubungannya sama mereka. Gak mungkin mereka
dateng tiba-tiba buat bawa lo”, sambil mengangkat bahu.
Yurie tak sudi tanganya dipegang oleh
Yuta, lantas ia pun menepis tangan Yuta. “gua…….”, tiba-tiba omongannya
terpotong oleh suara sirine mobil polisi.
Semua orang yang ada digedung pun mencoba
untuk melarikan diri termasuk Yurie, Lugi, dan Fagri. Yurie ditarik oleh Fagri
untuk meloloskan diri dari polisi. Yuta dan anak buahnya sudah kabur terlebih
dahulu.
Saat Yurie, Lugi, dan Fagri hendak kabur
melalui jalur kiri, mereka dikagetkan oleh seseorang yang memakai topi hitam
yang berada dihadapan mereka.
Yurie kaget, “hah… lo kok disini?”,
tanyanya pada orang tersebut.
“iya, gua disini kak…. tadi gua denger dari Fagri kalo lo
diculik gitu, dan yah gua tadi sempet berpikir kalo Yurie yang di maksud Fagri
itu lo, jadi yah gua nyelametin lo dengan cara gini”, jelas Regwi panjang
lebar. Ternyata orang yang membunyikan sirine mobil polisi itu Regwi. Ia tahu
betul kalo dengan cara itu lebih baik ketimbang adu jontos langsung yang pasti
gak bakal ada ujungnya.
Ada beberapa pasang mata yang tampak kebingungan. Lantas terlebih dulu
Regwi mengajak mereka semua untuk pergi meninggalkan gedung tua ini. Mereka
bergegas ke mobil Regwi yang terparkir di jalan Utara.
Mobil Regwi pun kini pergi meninggalkan tempat yang kumuh dan menyeramkan
itu.
Tak butuh berapa lama, mobil Regwi telah sampai di sebuah rumah klasik yang
hening namun terlihat menyejukkan.
“makasih yah kalian udah nganterin gue, emmm sama makasih juga buat tadi……
lain kali kalian gak usahlah kumpul-kumpul di tempat sepi kaya tadi, jadi gue
nyangkanya ada apa-apa”, serunya dari luar mobil.
“iya kak,,,, hati-hati juga kalo dijalan, lebih baik kakak cepet-cepet cari
pacar atau nyari temen gitu biar kalo kemana-mana ada yang nemenin”, canda
Regwi. Yurie hanya tersenyum seolah bahwa candaan Regwi itu lebih kepada
mengejek.
Mereka pun berpisah.
Diperjalanan Fagri membuka suara, banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan
pada Regwi mengenai Yurie. Mulai siapa Yurie, kenapa Regwi bisa kenal Yurie,
kenapa ada panggilan kakak diantara mereka, dan kenapa selalu ada Yurie saat
mereka ada urusan dengan Regwi. “lo kok, bisa kenal sama Yurie?”. Regwi
menghela nafas lalu mejawab, “iyalah, dia kan pelatih gua di Yudo”. Lugi dan Fagri saling menatap.
Dalam pikiran masing-masing, mereka membantah
perkataan Regwi barusan.
[Fagri : “wahhh gak mungkin deh kalo dia pelatih Yudo, tapi manis juga dia bisa bela diri
Yudo”, gerutanya sambil mulai mengukir senyum.]
[Lugi : “apanya
pelatih Yudo, gak cocok banget. Tadi aja waktu diculik gak ada perlawanan
apapun. Ckckkckck, paling sabuknya aja gak berubah-berubah”, sanggahnya dalam
hati.]
Hari-hari berikutnya………
Yurie tengah berjalan di koridor sekolah. Sekilas ia melihat sebelah
kirinya, tak ada orang disampingnya. Ia teringat perkataan Regwi beberapa hari
yang lalu, ia tidak memiliki satu orang pun agar tetap berada disampingnya.
Gadis itu melangkah maju memegang pembatas lantai. Ia berada dilantai dua,
terlihat hanya seorang diri. Banyak orang berlalu lalang saling bercengkrama
dengan temannya, pacarnya, hingga gurunya.
Rambut poninya jatuh menghalangi sebelah matanya. Tertunduk. Merenung.
Tidak cocok berada dilingkungan seperti hanya dirinya dianggap tidak ada. Semua
orang hanya akan mau bergaul satu sama lain jika prestasinya bisa dibilang
cukup atau lebih tepatnya diatas rata-rata dengan dibandingkan siswa luar
sekolah Kuyota high school.
Didalam kelas, Yurie terus bergelut dengan pikirannya. Gadis itu sempat
memiliki pikiran untuk pindah sekolah. Ia ingin pindah ke sekolah umum, dalam
artian bukan sekolah yang mengekang dirinya untuk focus pada perkembangan
teknologi. Iyah, sekolah-nya ini merupakan sekolah yang diusung untuk mencetak
lulusan yang memiliki skill dalam bidang teknologi.
Gadis berbola mata indah itu tidak bisa seperti ini, ia
tidak mau sekolahnya ini nantinya sia-sia karena dia hanya belajar IT saja,
tanpa mempelajari yang lain. Padahal ia sangat amat menyukai kegiatan menulis,
ia suka bahasa. Tapi tak ia dapatkan selama 2 tahun terakhir ini.
Dunia begitu bermurah hati kepada Fagri. Ia dipertemukan kembali dengan
Yurie yang terlihat sedang membuka payung karena hujan.
Dari sebrang Fagri berlari menghampiri Yurie.
“hey!”, sapanya simple.
“eh lo”, jawab Yurie mengembangkan senyuman.
Keduanya saling bertatapan, memandang melempar senyum manis.
Fagri tidak bisa terlepas dari bola mata Yurie yang indah berwarna coklat.
Yurie pun tidak bisa memungkiri bahwa dirinya mulai menyukai senyum Fagri
dengan lesung pipi yang menawam. Mengurung setiap gadis untuk tetap menatap
lekat-lekat.
≈≈ ∞ ≈≈
Tidak ada komentar:
Posting Komentar