Poster by Gambar animasi kartun
Chapter 5
Author : Antyenkey
Main Cast :
Lugi, and Yurie
Supported Cast :
Regwi, and Fagri
Genre : Romance,
Sad,
Hurt, School life, and Action
Note : Cerita ini hanya imajinasi penulis semata,
tidak ada unsur tersembunyi. Penulis hanya ingin menuangkan ide untuk dijadikan
sebagai media hiburan saja.
Fagri dan Yurie berjalan
menyusuri kota Rotte, hujan mengguyur mereka. Payung lentik berwarna biru
melindungi tetesan air seperti enggan menggugurkan suasana romantis.
Semua orang akan menyangka
kedua orang ini adalah pasangan. Pasangan muda yang menghabiskan waktu pulang
sekolah dengan mengantar sang gadis pulang ke rumah.
Aneh memang, seorang Yurie
setiap harinya selalu berangkat dan pulang sekolah hanya dengan jalan kaki.
Tidak seperti siswa-siswi yang lainnya. Padahal dirinya merupakan golongan atas
yang bisa dibilang tidak pantas untuk menginjakkan kakinya berlama-lama di
jalan aspal. Ia bisa saja diantar jemput oleh beberapa bodyguard. Namun, pada
kenyataannya, dia tidak pernah berpikiran untuk menjadi seorang putri.
Kembali pada kedua insan yang
terlihat kikuk dalam perjalanan, tidak ada suara. Masing-masing merasa ragu
akan situasi ini untuk dipecahkan, untuk sekedar mencari kehangatan suasana.
“euuuuu/euuu”, seru Fagri dan
Yurie bersamaan.
Keduanya saling malu.
“ada apa?”, Tanya Yurie,
akhirnya.
“gak papa sih, cuman ngerasa,
gimana yah”, malu Fagri.
“oh iya, kamu sekolah kelas
berapa?”, Tanya Yurie.
“aku udah kelas 3 sih, kalo
kamu?”, Tanya Fagri balik.
“sama dong, oh iya kalo Lugi
sama?”, Yurie tiba-tiba bertanya soal Lugi. Tidak ada angin, tidak ada hujan,
seolah spontan saja Yurie penasaran soal Lugi.
“emmm, oh iya sama. Dia sekelas
juga sama aku, sama Regwi juga”.
Yurie hanya ber-ohhhh ria.
“Gi?”, panggil seseorang
tiba-tiba. Mobil hitam menampakkan seseorang didalamnya.
“ehh Lug”, sapa Fagri.
Lagi-lagi mereka bertiga
bertemu. Sepertinya jika Yurie bertemu Fagri, pasti disitu bakalan ada Lugi.
“Gi, ayo temenin gua ambil yang
kemarin itu!”, ajak Lugi.
Yurie mengangkat alisnya. Dia
menggerutu dalam hatinya, merasa bahwa Lugi itu seenaknya saja mengajak Fagri
pergi. Lebih parah dari itu, selalu saja si Lugi itu tidak pernah menghiraukan
keberadaan Yurie. Tak pernah buka suara duluan untuk sekedar menyapa Yurie.
Sempat Yurie berpikir, apa
salah dia sih, kok si Lugi bersikap seperti itu pada dirinya. Toh, pertama
kenal Lugi, justru dia jadi pahlawan, yang nyelametin Lugi dari gangguan
teman-temannya itu. Ah dunia memang tidak bisa diprediksi.
Fagri menengok Yurie. “Yurie!”,
panggil Fagri.
“hemmmm”, jawab Yurie singkat
tanpa mengalihkan pandangannya dari Lugi. Sementara Lugi hanya menatap kedepan,
datar.
Fagri tidak menyadari tingkah
dari Yurie itu.
“Yurie, aku ada urusan nih sama
Lugi. Maaf yah aku gak bisa nganterin kamu pulang sampe rumah”, jelas Fagri
merasa bersalah.
Yurie tidak bergeming akan
ucapan Fagri, seolah Fagri tidak berucap apapun.
Fagri menelusuri arah mata
Yurie. Ternyata Yurie tengah memandang Lugi dengan senyum kecut.
Fagri melambaikan tangan kearah
Yurie. Barulah Yurie sadar.
“ehhhh, iya Gi?”, Tanya Yurie.
“gak papa kan aku gak nganterin
sampe rumah?”, Tanya Fagri sekali lagi.
Yurie hanya mengangguk, tanpa
berucap.
Fagri membalas dengan senyuman,
pertanda terimakasih karena Yurie telah mengerti.
Tak disangka, sudut mata Lugi
ternyata memperhatikan mereka berdua. Ia hanya menyunggingkan senyuman. Aneh.
Begitulah anggapnya.
Fagri dan Lugi pun
pergi ke tempat yang mereka tuju.
Hari demi hari berlalu. Sejak
kejadian Lugi membawa pergi Fagri. Keduanya tidak pernah lagi bertemu dengan
Yurie.
Fagri hendak meminum sprite,
namun tiba-tiba “grekkkk”, Lugi memukul jakun Fagri hingga “huekkkk”. Fagri
tersendak.
Lugi tertawa terbahak-bahak.
Fagri mencoba mengerjapkan
tenggorokkannya.
“eh lo Lug, gak ada kerjaan
banget sih kalo ngerjain, gimana kalo gua mati, mau tanggung jawab lo?”, kesal
Fagri.
“sorry, sorry, abisnya lo
akhir-akhir ini gak asik, jarang gabung buat nongkrong”, adu Lugi.
“yah sorry Lug, gua lagi gak
bisa keluar nih, nyokap gua ada dirumah terus”, pintanya meminta maaf.
Lugi memainkan bibirnya “gak
asikkk ah, kali-kali lo nyolong waktu lah, gak mungkin juga kan nyokap lo
mantengin terus elo”.
“gua sempet mikir kaya gitu
Lug, cuman gua gak enak ah. Lagian kan, jarang banget nyokap sama bokap gua
dirumah”.
Lugi mendorong badannya ke
kursi.
“Lagi pengen maen nih gua,
kira-kira enaknya kemana yah?”, Tanya Lugi pada Fagri.
Belum sempat ada jawaban dari
Fagri. Segerombol orang menghampiri mereka.
“anak mamih sih yah di kandang
terus, gak mungkin bisa kabur, bener gak bro”, ledek Yuta dengan anak buahnya.
Lugi menyilangkan tangannya
didada. Menatap lurus kearah Yuta yang tertawa mengejek.
“iya lah apa kata lo aja, toh sekarang
bukan urusan lo, dan gak usah nguping omongan orang, kita bukan kawan, man”,
jawab Fagri mengena.
Lugi tetap diam, dengan gerakan
mengigit bibir bawahnya, pertanda bahwa dia sudah malas dengan si Yuta itu.
“loser”, ucap Lugi singkat.
Lantas Yuta langsung memandang
Lugi.
“apaan lo? Dasar pada anak
mamih, ngabisin orang aja gak bisa”, menendang meja.
Lugi siap berdiri, hendak
memberi peringatan pada Yuta.
Namun, “Brugggggk”, Yuta
selangkah lebih maju menghajar Lugi.
Sudut bibir Lugi berdarah,
semua siswi yang ada di kantin pun berteriak.
Berbalik dengan para siswa yang
sudah terbiasa akan perkelahian Yuta dengan siswa yang ada di sekolah itu.
Dahulu, Lugi satu kelompok
dengan Yuta, termasuk Fagri dan Regwi. Namun, asal persekutuan mereka itu
hancur, dimulai dari kesalah pahaman yang dilakukan Regwi. Lugi yang membela
Regwi, karena memang Regwi tidak bersalah. Namun, malah ia disuruh Yuta untuk menghabisi
Regwi. Pada akhirnya, terjadilah pengeroyokan beberapa hari silam.
Dari kejauhan terlihat seorang
siswi memegang tangannya. Tersenyum, seolah perkelahian di kantin itu adalah
tontonan yang mengasikkan.
“lebih menyenangkan”, bibir indah membentuk
senyuman manis. Jikalau diibaratkan, senyuman yang akan membuat “MELTING”.
≈≈ ∞ ≈≈
Tidak ada komentar:
Posting Komentar