Poster by Gambar animasi kartun
Chapter 1
Author : Antyenkey
Main Cast :
Lugi, and Yurie
Supported Cast :
Regwi, and Fagri
Genre : Romance,
Sad,
Hurt, School life, and Action
Note : Cerita ini
hanya imajinasi penulis semata, tidak ada unsur tersembunyi. Penulis hanya
ingin menuangkan ide untuk dijadikan sebagai media hiburan saja.
Pagi hari awan menyelimuti
kota Rotte yang terlihat begitu sepi. Ini seakan menandakan tidak ada satu
orangpun yang berniat untuk melakukan aktivitas dihari jam kerja. Seorang gadis
SMA tengah menatap keluar melalui jendela kaca yang begitu bening sehingga
memperilhatkan udara dingin menenggelamkan kota dimana ia tinggal.
Suasana rumah
pun begitu sunyi, semakin menambah kesan menyedihkan pada pagi itu.
“Sepertinya pagi ini merupakan pagi yang amat menyedihkan untukku”, ucapnya
pelan seakan bahwa dirinya ingin menjelaskan sesuatu yang amat ia sayangkan.
Tiba-tiba terdengar
suara bel rumah berbunyi. “Ah, ini yang selalu membuatku merasa tidak sendiri”, ia
tersenyum sembari melangkah untuk membukakan pintu.
“Selamat pagi!” seorang wanita paruh baya
membungkuk tanda menghormati. Merasa tidak enak, lantas segera Yurie bergeming,
“tidak perlu begitu bibi, masa bibi yang menghormati aku. Nanti apa kata orang.
Kan akunya jadi gak enak, hhhe”. Perempuan yang dipanggil bibi itu tersenyum
seraya mengusap kepala Yurie, majikannya.
Tak lama Yurie
berpamitan kepada pembantunya tersebut, “bi, aku berangkat dulu yah”, disambut
dengan uluran tangan Yurie tanda berpamitan.
Yurie berjalan
menuju rute sekolah. Tak pernah ia duga bahwa ia akan menyaksikan beberapa
orang yang terlihat seperti habis berkelahi. “Haa”, ekpresi tak percaya
menangkup mulut dengan tangan, akibat terlalu kaget dapat melihat hal semacam
itu. Ia hanya bisa mematung.
“Bangsat lo,
keparattttt. Sini lo kalo berani”, teriak seorang anak laki-laki jangkung
seraya mengusap sudut bibirnya yang terluka. “Puas lo, ngabisin anak buah lo
sendiri hah?”, tak puas seraya melemparkan sebatang kayu kepada lawan
bicaranya. “Lo jangan belain dia”, menunjuk seorang anak laki-laki dengan
seragam sekolah abunya yang tak sadarkan diri dan juga berlumuran darah.
“Lo tahu kan kalo
kita tuh gak bisa ngabisin si Regwi gitu aja, kita juga butuh waktu sampai dia
lengah, tapi lo malah gak sabar gini, dan malah ngabisin si Fagri”, belanya
yang merasa tak terima akan diperlakukan seperti itu. “Mulut si Fagri tuh
sampah, gak bisa gua percaya. Termasuk lo Lug. Dulu gua pikir kalian bakal
setia kawan, bisa bantuin temen, tapi nyatanya emang sampah ckckck”, sambil
berdecak seraya membalikan tubuh untuk pergi.
“Bugggggg!
Brakkkkk!” seseorang tersungkur kesudut tihang lampu jalan.
“Haa, apa yang
musti gua lakuin. Apa gua telpon polisi aja”, sadar akan apa yang ia lihat.
Yurie langsung menelpon polisi.
“Lo bilang gue sama
Fagri sampah? Lo tuh yang sampah”. Lugi berbalik menghampiri temannya dan
hendak membopongnya karena tak sadarkan diri, tiba-tiba ada yang berteriak
“Aaaaaaa!” tepat disebalah kirinya. Terdengar orang-orang yang seperti
ketakutan dan komat-kamit. Orang-orang yang mengeroyok Lugi dan Fagri pun
berlarian pergi meninggalkan tempat itu.
Terdengar keributan
disebuah ruangan putih “Pak, anak saya itu pasti mau diculik sama dia. Gak
mungkin kan kalo dia ini korban juga. Dilihat dari tampangnya juga dia seperti
anak geng”, cercah seorang wanita dengan angkuh dan menunjuk anak yang ia sebut
anak geng yaitu Lugi. “Maaf yah bu, kalo ngomong dipikir dulu. Saya ini korban
pengeroyokan juga”, tak mau kalah Lugi memprotes tuduhan dari wanita angkuh
itu. “Begini, supaya tidak ada kesalah pahaman. Kita akan membawa adek ke
kantor untuk dimintai keterangan mengenai detail kejadian. Nanti pasien ini
juga akan dimintai keterangan sebagai saksi”, saran polisi yang menengahi
keributan.
“Pak, tapi bukan
saya yang memukul gadis itu pak. Saya tidak punya motif apapun untuk mencelakai
gadis itu pak, saya tidak kenal dengan gadis itu”, bela Lugi. “Tapi sidik jari
kamu ada pada kayu yang ada di TKP”, balas sang polisi. “Pak saya mohon. Saya
tidak bersalah”, belanya memohon. “untuk sementara, kamu akan ditahan. Kita
akan menunggu kesaksian dari saksi yang menjadi korban”. Lugi berpikir dalam
hati “kenapa malah gua yang terpojokan,
si brengsek”.
≈≈ ∞ ≈≈
Good job uri chinggu... Please go ahead and keep spirit 😊 you've did a great thing that i never do it he
BalasHapusyes. thank you. I'll do my best. :)
Hapus