Kamis, 02 Maret 2017

Just the Way I am









Poster by Gambar animasi kartun
Chapter 1
Author : Antyenkey
Main Cast        : Lugi, and Yurie
Supported Cast           : Regwi, and Fagri
Genre  : Romance, Sad, Hurt, School life, and Action
Note    : Cerita ini hanya imajinasi penulis semata, tidak ada unsur tersembunyi. Penulis hanya ingin menuangkan ide untuk dijadikan sebagai media hiburan saja.

Pagi hari awan menyelimuti kota Rotte yang terlihat begitu sepi. Ini seakan menandakan tidak ada satu orangpun yang berniat untuk melakukan aktivitas dihari jam kerja. Seorang gadis SMA tengah menatap keluar melalui jendela kaca yang begitu bening sehingga memperilhatkan udara dingin menenggelamkan kota dimana ia tinggal.
Suasana rumah pun begitu sunyi, semakin menambah kesan menyedihkan pada pagi itu. “Sepertinya pagi ini merupakan pagi yang amat menyedihkan untukku”, ucapnya pelan seakan bahwa dirinya ingin menjelaskan sesuatu yang amat ia sayangkan.
Tiba-tiba terdengar suara bel rumah berbunyi. “Ah, ini yang selalu membuatku merasa tidak sendiri”, ia tersenyum sembari melangkah untuk membukakan pintu.
 “Selamat pagi!” seorang wanita paruh baya membungkuk tanda menghormati. Merasa tidak enak, lantas segera Yurie bergeming, “tidak perlu begitu bibi, masa bibi yang menghormati aku. Nanti apa kata orang. Kan akunya jadi gak enak, hhhe”. Perempuan yang dipanggil bibi itu tersenyum seraya mengusap kepala Yurie, majikannya.
Tak lama Yurie berpamitan kepada pembantunya tersebut, “bi, aku berangkat dulu yah”, disambut dengan uluran tangan Yurie tanda berpamitan.
Yurie berjalan menuju rute sekolah. Tak pernah ia duga bahwa ia akan menyaksikan beberapa orang yang terlihat seperti habis berkelahi. “Haa”, ekpresi tak percaya menangkup mulut dengan tangan, akibat terlalu kaget dapat melihat hal semacam itu. Ia hanya bisa mematung.
“Bangsat lo, keparattttt. Sini lo kalo berani”, teriak seorang anak laki-laki jangkung seraya mengusap sudut bibirnya yang terluka. “Puas lo, ngabisin anak buah lo sendiri hah?”, tak puas seraya melemparkan sebatang kayu kepada lawan bicaranya. “Lo jangan belain dia”, menunjuk seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah abunya yang tak sadarkan diri dan juga berlumuran darah.
“Lo tahu kan kalo kita tuh gak bisa ngabisin si Regwi gitu aja, kita juga butuh waktu sampai dia lengah, tapi lo malah gak sabar gini, dan malah ngabisin si Fagri”, belanya yang merasa tak terima akan diperlakukan seperti itu. “Mulut si Fagri tuh sampah, gak bisa gua percaya. Termasuk lo Lug. Dulu gua pikir kalian bakal setia kawan, bisa bantuin temen, tapi nyatanya emang sampah ckckck”, sambil berdecak seraya membalikan tubuh untuk pergi.
“Bugggggg! Brakkkkk!” seseorang tersungkur kesudut tihang lampu jalan.
“Haa, apa yang musti gua lakuin. Apa gua telpon polisi aja”, sadar akan apa yang ia lihat. Yurie langsung menelpon polisi.
“Lo bilang gue sama Fagri sampah? Lo tuh yang sampah”. Lugi berbalik menghampiri temannya dan hendak membopongnya karena tak sadarkan diri, tiba-tiba ada yang berteriak “Aaaaaaa!” tepat disebalah kirinya. Terdengar orang-orang yang seperti ketakutan dan komat-kamit. Orang-orang yang mengeroyok Lugi dan Fagri pun berlarian pergi meninggalkan tempat itu.
Terdengar keributan disebuah ruangan putih “Pak, anak saya itu pasti mau diculik sama dia. Gak mungkin kan kalo dia ini korban juga. Dilihat dari tampangnya juga dia seperti anak geng”, cercah seorang wanita dengan angkuh dan menunjuk anak yang ia sebut anak geng yaitu Lugi. “Maaf yah bu, kalo ngomong dipikir dulu. Saya ini korban pengeroyokan juga”, tak mau kalah Lugi memprotes tuduhan dari wanita angkuh itu. “Begini, supaya tidak ada kesalah pahaman. Kita akan membawa adek ke kantor untuk dimintai keterangan mengenai detail kejadian. Nanti pasien ini juga akan dimintai keterangan sebagai saksi”, saran polisi yang menengahi keributan.
“Pak, tapi bukan saya yang memukul gadis itu pak. Saya tidak punya motif apapun untuk mencelakai gadis itu pak, saya tidak kenal dengan gadis itu”, bela Lugi. “Tapi sidik jari kamu ada pada kayu yang ada di TKP”, balas sang polisi. “Pak saya mohon. Saya tidak bersalah”, belanya memohon. “untuk sementara, kamu akan ditahan. Kita akan menunggu kesaksian dari saksi yang menjadi korban”. Lugi berpikir dalam hati “kenapa malah gua yang terpojokan, si brengsek”.


≈≈ ∞ ≈≈

2 komentar:

  1. Good job uri chinggu... Please go ahead and keep spirit 😊 you've did a great thing that i never do it he

    BalasHapus